Senin, 30 Januari 2012

DRAMATURGI


A. SEJARAH DRAMATURGI

 (May 5, 1897 – November 19, 1993)  Kenneth Duva Burke,  seorang teoritis literatur dan filosof Amerika yang terkenal  memperkenalkan konsep dan teori drama  sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan dramatisme  sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan social pada masyarakat. Tujuan nya memberikan penjelasan dan paparan  logis untuk memahami apa tujaunnya manusia melakukan sesuatu yang mereka lakukan dan kerjakan(Fox, 2002).Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978).  Burke  mempunyai pandangan “  bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama” ( 1959: The Presentation of Self in Everyday Life Tertarik dengan teori dramatisme Burke, Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982), Dan  seorang sosiolog interaksionis dan penulis, menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu penyumbangan terbesar bagi lahirnya teori ilmu sosial The Presentation of Self in Everyday LifeDan dalam buku ini Goffman mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi modern sekarang ini. Tidak bias lepas dari konsep pemikiran tersebut.

B. DRAMATURGI TEATER MENURUT FILOSOF  ARISTOTELES

 Dramaturgi teater dipopulerkan oleh Aristoteles.  Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menuangkanhasil pemikirannya  dalam sebuah buku karyanya “ Poetics “,  dan sampai sekarang masih dianggap sebagai buku pintar itu tetap sebagai acuan bagi dunia teater. Dan didalam bukunya itu, AristoteleDalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis ataupun kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya. Kisah tragis merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam  Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat diperhitungkan.  Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama secara keseluruhan. Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga menganalisa hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap penonton dan penikmat teater.
Nilai-nilai yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam maha karyanya ini kemudian dikenal dengan “aristotelian drama” atau drama ala aristoteles, dimana deus ex machina
[a] adalah suatu kelemahan dan dimana sebuah akting harus tersusun secara efisien. Banyak konsep kunci drama, seperti anagnorisis
[b] katharsis
[c] Poetica. Sampai sekarang “aristotelian drama” sangat terlihat aplikasinya pada tayangan-tayangan media elektronik seperti tv, buku-buku panduan perfilman, workshop, Pendidikan dan Latihan dasar teater  dan bahkan kursus-kursus singkat perfilman (dramaturgi dasar) biasanya sangat bergantung kepada litertur dari dasar pemikiran Aristoteles. Sehingga sampai kapanpun selama perkembangan teater masih terus berkembang dan ada, hasil pemikiran Aristoteles itu akan tetap sebagai acuan. Disamping dengan penggabungan-penggabungan hasil pemikiran teater Modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar